Dulu Tinggal Di Biara & Menangis Tiap Malam, Kini Jorginho Terpatri Di Ambang Ballon d'Or

Jorginho bisa merupakan pemenang Liga Champions sekaligus Euro 2020 sahaja dalam rentang dua bulan dalam kalender musim panas yang menggila akan sang gelandang.
Pemain berusia 29 tahun itu telah menjabat jantung tim arahan Roberto Mancini bahwa tampil memukau memukau sejak hari esensial turnamen. Performanya jadi buah bibir, mulai melalui legenda atau pelatih asal Italia maka mantan bos Maurizio Sarri, terkait potensinya menganut nomine Ballon d'Or akhir tahun ini.
Kemenangan atas Inggris hadapan Wembley, Minggu malam waktu sedaerah atau Senin dini hari WIB bentuk menjabat lompatan CV lainnya bagi Jorginho.
Tapi, perjalanan bernyawa metronom timnas Italia bisa sampai titik ini mungkin sulit dipercaya.
Lahir di Brasil, Jorginho sudah tinggal di Italia sejak berusia 15 tahun. Ia digedekan di Verona dan tinggal di sebuah meskia. Dia ingin berhenti atas sepakbola, tapi sang ibu melarangnya.
Sosok adapun berjasa menempatkan Jorginho antara jalur adapun tepat adalah Riccardo Prisciantelli, mantan CEO Hellas Verona. Pada 2007, Verona mengalami kesulitan finansial berat, terus Prisciantelli mendapat telepon adapun bakal mengubah sepakbola Italia sewaktunya.
“Saya ingat hari itu ibarat hari normal lainnya,” ucap Prisciantelli kepada La Gazzetta dello Sport.
“Kala itu tahun 2007 bersama seorang pengusaha dari Verona [Italia] bahwa bekerja dalam Amerika Selatan menelepon saya untuk menawarkan jumlah pemain muda,” kata dia.
"Saya mengatakan kepada mereka bahwa klub saya tidak punya bujet. Tapi saya bilang jika Anda mau, Anda dapat membawa mereka ke Italia,” tambahnya.
Salah satu nama yang diangkut adalah Jorginho yang masih berusia 15 tahun, yang tiba di Italia tanpa keluarga.
Efek kedatangan sang gelandang antara Verona langsung terasa. Namun antara luar lapangan, remaja yang meninggalkan Brasil—dan belum mempunyai kewarganegaraan Italia—itu layak tetap berada antara dunia latihan resmi lagi berjuang padat bagi beradaptasi.
“Saya sedang paling dalam perjalanan ke lapangan, lantas asisten pelatih memanggil saya karena dia melihat bagaimana pemuda ini [Jorginho] menggiring bola. Dia akurat-akurat gila. Kami membawanya ke sesi latihan bersama pertandingan,” ujar Prisciantelli.
“Butuh giliran lama baginya untuk beradaptasi. Dia tidak bisa tinggal di sekolah asrama dengan teman-temannya. Saya menitipkan Jorginho kepada seorang pendeta terpercaya di sebelahnya sesampai-sampai dia dapat memegang dunia tidur dan makan pangan hangat.”
“Saya membayar si pendeta. Saya tidak seterus punya uang ketika saya berdebat dengannya tentang memberi Jorginho sesuatu kepada dimakan.”
“Saya memberinya €20 per pekan atau €50 jika sedang ada lebih. Rafael [kini di Spezia], kiper tim utama Brasil, melakukan hal yang sama. Saya harus melakukan itu agar dia bisa berdapatasi, meentengkan bahasa, memakai bermain sepakbola,” tuturnya.
Tekad selanjutnya dukungan tercatat membantu Jorginho mengembangkan sikap pantang menyerah yang ia miliki saat ini. Sejak hari-harinya demi tim muda Verona, ia mendapat julukan 'Serigala Masa Depan'.
"Semua orang mengakui kegalakan seekor singa, bagi saya dia adalah serigala," ujar Prisciantelli.
“Dia berbicara tiga kali lebih kencang dekat lapangan lagi melebihi siapapun.”
“Setiap malam air maperdebatan jatuh antara ruangan akan menderita, ia berbagi kesedihan [bersama pendeta]. Tapi saya ingat dia tidak pernah menyerah.”
“Saya membayar sebagian peralatan menjumpai mendirikan pusat kebugaran sedikit antara kamp latihan. Dia pasti akan tiba sejak fajar menyingsing selanjutnya terus berlatih sampai kami mengizinkannya pulang," tambahnya.
Semua berganti meneladan Jorginho ketika Sarri ditunjuk bagaikan pelatih Verona antara 2008.
Momen inilah yang wujud menjabat awal atas kemitraan keduanya. Ya, Jorginho dipromosikan ke skuad utama, kalakian diboyong Sarri ke Napoli sebelum keduanya beremigrasi bersama ke Chelsea atas 2017.
“Dia [Sarri] meminta saya menurut mengambil pemain daripada akademi. Sarri melihat Jorginho selanjutnya memutuskannya,” ingat Prisciantelli.
“Itulah mengapa dia kelak ingin memiliki 'Serigala’-nya pada Napoli lantas Chelsea, dan itu berhasil dia penuhi,” pungkasnya.
Sekarang, Sarri maka Jorginho memang tidak sedang beraksi cocok lagi, tapi keputusan nama terakhir kepada mengikuti jejak sang manajer ke Chelsea tidak dinyana bisa berujung dengan raihan Ballon d'Or edisi 2021.
Ini bukan tahun nan sempurna. N'Golo Kante terus menerima pujian antara London barat. Kemudian Wembley pula bagi mengingatkan Jorginho cukup kekalahan 1-0 antara final Piala FA atas Leicester, akhir Mei dahulu.
Tidak bisa dibantah, Jorginho kini sama dengan pilar bermanfaat menjumpai klub maka negaranya, bahkan dekat setiap pertandingan agam.
Sang gelandang tampil 90 menit dalam kemenangan Chelsea di final Liga Champions atas Manchester City, adapun menegaskan kemampuan The Blues mematikan lini tengah Pep Guardiola adapun bertabur bintang itu.
Melawan Spanyol hadapan semi-final Euro 2020 atas Selasa malam terus, lima dari enam pemain tengah selanjutnya depan Italia digantikan akibat Mancini, Jorginho adalah satu-satunya yang terus dipercaya batas menjadi penentu dengan eksekusi penalti brilian yang dimulai dengan lompatan mungilnya.
Boleh dibilang, penalti itu selaku yang paling istimewa selanjutnya impresif sejak eksekusi Andrea Pirlo ke gawang Inggris yang dikawal Joe Hart pada Euro 2012.
Pirlo dkk tepat sasaran mencapai final ala edisi terbilang, tapi apes ala rintangan terakhir selepas dikalahkan Spanyol 4-0 dengan kini pria bernama lengkap Jorge Luiz Frello Filho bersama dua oriundi asal Brasil lainnya, Emerson Palmieri dengan Rafael Toloi, memiliki kesempatan demi mempersaling menolonginya.